Cari Blog Ini

Selasa, 31 Oktober 2017

Tiga Kerajaan (Sam Kok) bagian I

Sam Kok atau lebih dikenal dengan Tiga Kerajaan merupakan novel karangan San Guo Yanyi yang populer hingga saat ini. Sam Kok menceritakan kisah tiga kerajaan yang muncul pada akhir keruntuhan Dinasti Han Timur, Tiongkok. Sam Kok sangat populer di kalangan rakyat Cina, dan menyebar hingga masyarakat dunia. Cerita Sam kok juga banyak diadopsi dalam berbagai gim, komik, dan bahkan diadopsi menjadi film serial dan film layar lebar.

Sam Kok karangan San Guo Yanyi ini menceritakan tentang munculnya tiga kerajaan pada akhir keruntuhan Dinasti Han Timur. Dimulai dengan pemberontakan sorban kuning yang dikomandoi oleh Zhang Jiao bersama dua saudaranya, Zhang liang dan Zhang Bao. Mereka memulai pemberontakan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah yang korup, sehingga mengakibatkan kelaparan di hampir seluruh wilayah Dinasti Han. Mereka mendapatkan dukungan besar dari kalangan petani dan kalangan masyarakat miskin lainnya yang tidak puas terhadap pemerintah. Kelompok ini dengan cepat mendapatkan prajurit hingga lebih 300,000 prajurit dalam waktu singkat dan menguasai 6 kota besar. Pada tahun 184 AD, mereka memulai pemberontakan besar-besaran. Pemberontakan mereka memakai sorban kuning sebagai penanda mereka tidak puas terhadap pemerintah.

Pihak dinasti mengutus He Jin, panglima kerajaan dan anggota kerajaan,  untuk membasmi kelompok sorban kuning.  He jin mendapat bantuan dari Sun Jian yang merupakan penguasa Jiang Dong, Tiongkok bagian selatan. Pertempuran besar terjadi berbagai kota yang dikuasai oleh kelompok sorban kuning. Puncaknya, He Jin menyerang kota Ye, pusat pemberontakan sorban kuning. Dengan berbagai jenderal yang dimiliki pasukan pemerintah, He Jin, Dong Zuo, Ma Teng, Sun Jian, dan jenderal lainnya, berhasil mengalahkan pasukan sorban kuning. Di tengah pertarungan, Zhang Jiao yang sudah sangat tua, meninggal dunia. Ketua kelompok sorban kuning digantikan oleh adiknya, Zhang Liang. He Jin menyerang kota Ye dan meguasai kota tersebut dan meng-eksekusi Zhang liang dan Zhang Bao. Pemberontakan akhirnya padam.  Sisa-sisa jenderal sorban kuning banyak direkrut oleh beberapa jenderal sebagai anggota pasukan mereka.

Setelah pemberontakan padam, wilayah Han diduduki oleh beberapa jenderal yang berjasa dalam pembasmian pemberontakan sorban kuning. Tao Qian menguasai Xiopei, Dong Zhuo menguasai Tian Sui, Ma Teng menguasai Wu Wei, Liu Du menguasai Pu Yang, Liu Yan menguasai Cheng Du, Sun jian kembali ke Jiang Dong dan wilayah lainnya yang diduduki oleh jenderal-jenderal besar.

Ketegangan di istana semenjak pemberontakan sorban kuning semakin panas. Para menteri takut terhadap He Jin karena kedudukan He Jin yang semakin besar. He Jin meminta antuan Dong Zhuo. Dong Zhuo langsung berangkat ke Luo Yang, ibukota Kerajaan.  Sebelum Dong Zhuo sampai di Luo Yang, He jin terbunuh dalam pelarian ke luar istana bersama sang kaisar.

Dong Zhuo mengambil alih pemerintahan dengan segala ketegangan di Istana. Kaisar baru pun naik dengan Dong Zhuo sebagai perdana menterinya. Menteri yang terlibat persengkokolan pembunuhan He Jin dieksekusi oleh Dong Zhuo. Pemerintahan Dong Zhuo semakin berpengaruh dan disegani oleh para petinggi dinasti. Dong Zhuo memerintah dengan cara diktator. Ia meminta kesetiaan bawahannya. Bagi yang mencoba berkhianat, akan dieksekusi. Semua pegawai pemerintahan takut akan Dong Zhuo.  

Seorang pegawai istana, Cao Cao, tidak puas terhadap pemerintahan Dong Zhuo. Ia yang merupakan salah satu pegawai kepercayaan Dong Zhuo, menghimpun kekuatan bersama Cheng Gong untuk membunuh Dong Zhuo. Siasat mereka diketahui oleh Dong Zhuo. Dong Zhuo mengeluarkan perintah kerajaan untuk membunuh Cao Cao dan Chen Gong. Cao Cao dan Chen Gong meninggalkan istana. Mereka dikejar oleh pasukan kerajaan. Cao Cao melarikan diri ke kota Chen Liu, basis dari keluarga Cao. Cao Cao menghimpun aliansi untuk menumbangkan pemerintahan Dong Zhuo.

Akibat dari pengkhianatan Cao Cao, Dhong Zhuo semakin meningkatkan kewaspadaannya. Ia memindahkan ibukota dinasti ke Chang An, sebelah barat Luo Yang. Di Chang An, Ia melakukan jamuan besar kepada seluruh pegawai istana. Jamuan besar ini untuk meminta kesetiaan dari setiap pegawai istananya. Ia meneguhkan secangkir teh untuk setiap orang yang berisikan darah. Setiap orang diharuskan untuk meminum darah tersebut. Semua pegawai meminum teh tersebut. Wang Yun yang merupakan pegawai senior tidak menerima perlakuan ini. Ia bersiasat untuk menumbangkan Dong Zhuo.

Aliansi-pun terbentuk. Tao Qian, Yuan Shao, Yuan Shu, Kong Rong, dan Jenderal yang tidak puas lainnya bergabung dalam aliansi ini. Yuan Shao memimpin aliansi ini, dan Cao Cao sebagai penasehat utama dalam aliansi ini. Pada pertempuran yang terjadi di kota Pu Yang, Hua Xiong menantang duel dengan jenderal pasukan aliansi. Banyak jenderal dari pasukan aliansi yang menerima tantangan ini, tetapi mereka semua kalah dan terbunuh ber-duel dengan Hua Xiong. Kelompok aliansi yang sebelumnya tidak diakui, Liu Bei, memulai debut mereka. Guan Yu mengambil tantangan Yuan Shao untuk membunuh Hua Xiong. Ia juga menantang Yuan Shao jika ia dapat membunuh Hua Xiong sebelum the yang diseduhnya panas. Ia keluar dari dari benteng, lalu memulai duel dengan Hua Xiong. Hanya dengan dua jurus, Hua Xiong jatuh dan kepalanya dipenggal. Ia kembali ke pos pasukan, dengan membawa kepala Hua Xiong. Ia mengambil kembaliu tehnya yang diberikan kepada Yuan Shao. Melihat kejadi tersebut, Yuan Shao mengakui kelompok Liu Bei. Ia mengahdiahkan Guan Yu emas, makanan, dan pasukan. Guan Yu memberikannya kepada Liu Bei. Lalu pertempuran besar juga terjadi.

Pasukan aliansi menyerang benteng Hulao yang dipimpin oleh jenderal tertinggi Dong Zhuo, Lu Bu. Pertempuran dimulai dari duel dengan Lu Bu. Tidak ada yang berani melawan Lu Bu. Lu Bu meruapak orang terkuat yang pernah ada pada era dinasti Han. Kemampuannya dapat membunuh 1000 orang seorang diri. bahkan para jenderal besar juga takut pada Lu Bu. Liu Bei dan kedua adiknya, Guan Yu dan Zhang Fei, keluar dari benteng. Zhang Fei yang pertama ber-duel dengan Lu Bu. Pertempuran terjadi tidak seimbang. Kemampuan Lu Bu berada di atas Zhang Fei. Saat Zhang Fei tersudut, Guan Yu membantu Zhang Fei. Mereka berdua melawan Lu Bu. Lu Bu mulai tersudut. Ia bahkan berkali-kali hampir terkena serangan dari Zhang Fei dan Guan Yu. Saat Lu Bu hampir benar-benar terbunuh, Liu Bei datang mematahkan serangan dari kedua adiknya. Tetapi Lu Bu mengambil kesempatan untuk membunuh Liu Bei, tetapi ditahan oleh Guan Yu. Dengan ketidak seimbangan kekuatan ini, Lu Bu melarikan diri k epos pertahanannya. Pertempuran sengit terjadi antara kedua belah pihak. Ribuan prajurit tewas dalam pertempuran tersebut.


Kamis, 26 Oktober 2017

Asal Usul Samadua (Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan)

Pada zaman dahulu, ada seorang pria Minangkabau yang merantau ke utara Pulau Sumatera. Pria tersebut menyusuri lautan. Hari demi hari dilalui di lautan. Berbagai rintangan dilalui.  Berhenti di berbagai tempat.
Hingga sampailah ia di suatu daerah. Ia menepikan perahunya di sebuah pantai dengan ombak yang besar. Ia merasakan bahwa tempat yang ia labuhi merupakan suatu tempat yang sangat tempat  untuk ia rantaui.

Ia mendengar gemeruhan air yang sangat besar. Ia menyusuri pantai mencari suara gemuruhan tersebut, hingga sampailah ia di dekat air terjun yang lumayan tinggi. Ia memutuskan untuk membuka lahan di daerah sekitar air terjun tersebut. Ia mencari berbagai bahan-bahan untuk membuat pondok. Ia mengelilingi hutan, menaiki gunung dan menyusuri pandai untuk mengumpulkan kayu-kayu dan serat-serat yang bisa di pakai.
Menjelang siang, ia mulai kelelahan. ia berisitirahat pada sebuah batu besar di dekat air terjun. Ia berbaring di di batu tersebut. Tidak lama berbaring, ia tertidur di batu tersebut.

Di tengah terlelapnya tidur, ia tiba-tiba terbangun. Ia mendengar seorang pria memanggilnya. “So nan Kah?” (Siapa nama Kamu?) tanya si pria itu. Ia sontak beranjak dari batu itu dan bertanya kembali “Siapo Waang?” (Siapa nama Kamu?).  Mereka saling menanyakan identitas mereka berulang-ulang. Karena kesal, sang pria tersebut mengeluarkan parang. Karena melihat pria tersebut, ia pun mengambil parang yang berada di dekatnya. Mereka saling menghunuskan pedang.
Dari pat Kah?’ (Darimana Kamu?)” tanya-nya.   “Darimano Waang?” (Darimana Kamu?) jawab pria itu. Mereka saling melemparkan pertanyaan yang tidak kunjung mendapatkan hasil. Mereka pun akhirnya saling berduel. Mereka berduel dengan sangat sengit. Duel mereka seimbang satu sama lainnya. Hari pun menjelang malam.

Di tengah duel mereka, ada seorang wanita, berpakaian serba putih. Wanita itu pun mendekat ke arah pertarungan itu. Mereka yang sedang berduel sontak terkejut dengan kedatangan wanita tersebut. Mereka menghentikan pertarungan. Mereka juga memasang kuda-kuda, jika salah satu dari mereka berbuat curang dalam pertarungan. Sesampainya wanita itu kepada dua pria tersebut, wanita itu pun memandangi mereka. Wanita tersebut lalu memecahkan keheningan,
“Untuk apa kalian bertengkar?"
"Untuk apa kalian berdua saling menghunuskan parang kalian?"
"Apakah jika salah seorang kalian kalah dan terbunuh akan membuat kalian merasa senang?
 Apakah kalian tidak bisa akur terhadap sesama kalian? “
Mereka yang sebelumnya tidak mengerti satu sama lain, tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu. Mereka mulai merenungkan kata-kata wanita itu. Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya,
“Cobalah kalian lihat kearah kedua burung tersebut?” wanita itu sambal menunjuk ke arah sebuah pohon. Pohon tersebut terdapat dua ekor burung yang saling membantu dalam membuat sarang.

Mereka melihat ke arah pohon tersebut. Mereka melihat bagaimana kedua burung tersebut membantu dalam pembuatan sarang. Mereka lalu melepaskan parang mereka. Mereka saling memandang dengan apa yang mereka lihat. Mereka mengerti kenapa mereka saling menghunuskan parang. Mereka pun ingin berterimakasih kepada sang wanita terseut, tetapi sang wanita tersebut telah menghilang. Mereka terheran-heran, kemana wanita tersebut pergi.

Keesokan harinya, mereka mulai membangun pondok bersama. Mereka juga membangun ladang dan sawah secara bersama-sama. Hari demi hari mereka mengembangkan daerah tersebut, hingga daerah tersebut menjadi daerah pemukiman yang ramai didatangi orang dari luar.  Mereka pun menamakan daerah tersebut menjadi Samadua. Nama Samadua diambilo dari inspirasi mereka dari ketidak mengertian mereka terhadap Bahasa masing-masing, padahal mereka menanyakan hal yang sama, dan mereka terinspirasi dari kedua burung tersebut. Daerah air terjun tersebut diberi nama Air Dingin, tempat pemukiman awal mereka. Hingga kini, daerah Samadua umumnya menggunakan Bahasa Aneuk Jamee yang merupakan perpaduan dari Bahasa Aceh dan Bahasa Minangkabau.


Kamis, 19 Oktober 2017

Sekelumit Kisah Kepedulian terhadap Sesama


Sabtu siang, sekitar jam 14.00, saya dan teman saya berencana ingin berwisata ke Pelabuhan Ulee Lee. Kami berinisiatif untuk tidak menggunakan sepeda motor, tetapi menggunakan Bus Transkutaraja. Salah satu teman saya juga belum pernah menaiki Bus Transkutaraja, sehingga waktu yang sangat cocok untuknya. Kami memakirkan sepeda motor kami di perpustakaan kampus yang dekat dengan halte bus.
Saat kami sampai di halte, kami langsung memasuki bus yang telah terparkir didepan halte tersebut. Terlihat kursi bagian belakang penumpang telah penuh terisi seorang bapak dengan keempat anaknya. Didepan kami, sepasang suami istri dengan keempat anaknya. Sedangkan di kursi penumpang lain, masih terlihat kosong. Kami menunggu sekitar 30 menit hingga bus mulai berjalan. Ditengah kami menunggu tersebut, anak terkecil dari bapak yang duduk di kursi belakang tersebut menangis yang memecahkan kesunyian. Sang bapak mencoba untuk menghibur sang anak, tetapi sang anak tetap menangis. Lalu sng bapak membawa jalan-jalan sang anak. Saat bus ingin berangkat, sang bapak masuk ke mobil dengan kondisi sang anak mulai reda tangisannya. Bus berjalan melewati kampus UIN Ar-Raniry. Sang anak menangis lagi. Tangisan anak tersebut memcahkan keheningan bus. Saya dan kedua teman saya hanya mencoba menghibur sang anak dari tempat duduk kami dengan memasang raut wajah yang aneh. Tetapi sang anak tetap menangis. Penumpang lain merasa tidak nyaman, dengan melihat kea rah si anak.
Sang anak menagis, bus telah sampai di halte Lingke. Naiklah sekelompok wanita yang berusia 20 tahunan. Sebelum duduk, ada satu orang wanita yang melihat ke arah anak yang menangis tadi. Dia mengambil inisiatif untuk ke kursi belakang dan membantu sang bapak untuk menenangkan sang anak. Berbagai upaya dilakukan , menggendong sang anak, menyanyikan lagu-lagu, membawa jalan sang anak ditemopuh. Untuk sesaat sang anak mulai tenang. Saat suasana mulai hening, sang anak menangis lagi. Kedua wanita itu pun telah kehabisan akal. Sang anak tetap menangis sepanjang perjalanan.
Melihat temannya kehabisan akal menenangkan si anak, datang satu wanita lagi untuk membantu temannya. Tanpa melihat kanan-kiri, dia langsung menuju kursi belakang. Di membujuk sang anak agar tidak menangis lagi. Tetapi sang anak tetap menangis. Mereka berdua mulai kehabisan akal dan bersama-sama untuk membuat sang anak tenang. Sang bapak pun ikut membantu, begitu juga kami dari tempat duduk kami. Teman wanita yang lainnya yang duduk di kursi depan, mulai melirik kebelakang untuk membantu juga. Mereka ingin ke belakang, namun kursi belakang mulai penuh sesak.
Sepanjang perjalanan sang anak menangis. Penumpang silih berganti menaiki bus. Ada yang terganggu dengan tangisan sang anak, anak yang ibgin membantu sang anak untuk berhenti menangis. Sesampai di halte Keudah, kami pun pisah bus dengan bapak tersebut.
Dari cerita tersebut, terlihat bahwa, masih ada di antara kita yang membantu tanpa pandang bulu. Mereka membantu bahkan saat melihat orang yang membutuhkan bantuan dalam sekejap mata. Mereka tergerak bahkan sebelum mereka sempat duduk di kursi mereka. Mereka merasa tak nyaman saat mereka tak membantu. Mereka adalah orang yang seharusnya menjadi inspirator kita dalam berbuat kebaikan kepada sesame, tanpa memandang siapa yang kita bantu. Tidak perlu jauh-jauh mencari inspiratory, lingkungan terdekat kita melahirkan banyak inspirator untuk kita ambil kelebihan yang baik-baik dan untuk kita pelajari.
Semoga kita dapat membantu sesame untuk kedepannya J


Kamis, 12 Oktober 2017

Penculikan Warga Sipil oleh Anggota TNI (Bagian I)

Baiklah, sekarang saya akan membahas tentang bagaiamana penculikan oleh anggota TNI pada zaman reformasi

Malam itu, Asral yang merupakan pegawai BRR Aceh, baru saja masuk rumah. Ia meminta handuk kepada anak bungsunya karena seluruh tubuhnya basah terguyur hujan. Setelah 15 menit Asral masuk rumah, ada sekelompok orang (yang sebelumnya tidak pernah terlihat di kampung tersebut) ingin membeli rokok. Anak sulung Asral pun keluar dan melayani pembeli tersebut. Lalu diperhatikan 2 orang dari kelompok tersebut melihat isi rumah. Di dalam rumah terpajang foto Asral sewaktu ia masih menjadi anggota TNI. Salah satu dari mereka bersuara, “Apakah ini rumah Bapak Asral?” Si sulung pun menjawab “iya” dengan tidak menaruh kecurigaan sedikitpun pada sekelompok orang tersebut. Lalu salah seorangnya lagi meminta untuk memanggil Asral. Lalu sang anak pun memanggil Asral.
Tidak lama kemudian, Asral-pun keluar dengan memakai sarung bersama sang istri. Tanpa bertanya lagi, 3 orang dari sekelompok orang itu menarik Asral, dan 1 diantara 3 orang tersebut mem-borgol tangan Asral. Sontak saja membuat si sulung melawan ingin melepaskan borgol dari tangan sang ayah dengan banyak pertanyaan. Lalu sang istri juga ikut untuk melepaskan borgol dari tangan Asral dimana Asral sendiri juga memberontak. Sang istri berteriak untuk mendapatkan bantuan dari penduduk kampung. Si sulung dan sang istri ber-duel­ kelompok orang tersebut. Berbagai serangan fisik dilancarkan kepada si sulung. Hal ini mengakibatkan wajah si sulung berdarah dan lembam. Si sulung masih berusaha untuk melepaskan sang ayah dari pemborgolan.
Di lain sisi, sang istri mendapat todongan senjata api. Tapi sang istri masih ber-duel dan tidak takut dengan todongan senjata api tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar suara tembakan yang sampai men-tulikan telinga. Suara tembakan yang menghadap ke langit karena sang istri menghindar, dengan posisi senjata tepat di wajahnya dibunyikan. Tidak lama kemudian, saat sang istri melihat waja si sulung berdarah, ia mulai sedikit lengah. Salah satu anggota tersebut menendang perut sang istri hingga tersungkur ke kawat berduri dengat rumah warga.
Penduduk yang datang hanya melihat bagaimana ibu dan anak ber-duel dengan sekelompok orang yang beringas tanpa memberikan bantuan sedikitpun. Mereka menahan si bungsu agar tidak ikut campur dalam duel ibu dan kakaknya. Mereka tidak berani ikut campur karena takut mereka mengalami hal sama seperti sang istri dan si sulung. Hal ini juga disebabkan trauma konflik sebelumnya.
Melihat apa yang terjadi pada istri dan anak, Asral yang mulanya memberontak, ia mulai memasrahkan dirinya untuk dibawa. Di satu sisi ia tidak ingin kejadian 10 tahun lalu terjadi lagi, di sisi lain ia tidak ingin sang istri dan sang anak terluka karenanya. Ia berteriak kepada sang istri, “Sudahlah, jangan diteruskan. Biarkan aku yang pergi. Jaga anak-anak”. Sang istri tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh Asral, ia terus memberontak dengan menahan sakit. Asral yang telah menyerah dengan keadaan, ia meringankan langkahnya menuju tempat yang dituntun orang sekelompok orang tersebut. Terlihat sebuah mobil yang tertutup. Jumlahnya ada sekitar 3-5 mobil. Kepala Asral lalu ditutupi dengan kain hitam yang sangat gelap.
Saat mobil-mobil itu berjalan, perjuangan sang istri tidak habis begitu saja. Sang istri lalu menghubungi kepolisian dan petinggi GAM di pesisir Barat-Selatan Aceh. Ia tidak menghubungi TNI, karena setelah ia mendapatkan keterangan dari si sulung, ia mengambil kesimpulan jika yang menculik Asral adalah anggota TNI. Tapi, yang menjadi pertanyaan sang istri, ada masalah apa dengan TNI? Bukankan Asral sudah dipecat sejak 2004 silam? Sang istri lalu menghubungi anggota TNI yang pernah menjadi bawahan Asral. Meraka tidak ada yang tau-menau tentang kasus penculikan ini.
Kepolisian lalu mencari mobil-mobil yang membawa Asral dengan melakukan razia di sepanjang lintas Barat-Selatan, terutama perbatasan Aceh Selatan. Di daerah perbatasan Aceh Selatan dengan Aceh Barat Daya, kepolisian daerah mendapati mobil yang membawa Asral. Terjadi kejar-kejaran. Sayangnya, mobil yang membawa Asral berhasil lolos.
Setelah mengetahui siapa dalang penculikan ini, dan beberapa anggota TNI yang dihubungi sang istri tidak ada yang mengakui, maka sang istri menghubungi pihak media cetak untuk mem-publish kejadian malam itu juga. Sang istri langsung memojokkan pihak TNI untuk bertanggung jawab. Media cetak serambi menjadi salah satu yang diapakai dalam menuntut kebertanggujawaban atas penculikan. Tuduhan-tuduhan untuk memancing pihak TNI berbicara dilayang sang istri di media cetak.
Akhirnya pihak TNI memberi respon, dan mereka mengakui telah menangkap Asral. Mereka juga memberitahukan apa kesalahan Asral pasalnya terjadi ­penangkapan (menurut mereka) pada malam hari. Mereka juga memberitahukan lokasi Asral setelah 2 hari perang media cetak dengan sang istri.

Setelah mengetahui lokasi Asral, sang istri pun menghubungi mantan petinggi GAM,- Muzakir Manaf dan lainnya,-  dan gubernur Aceh saat itu,-Irwandi Yusuf. Sang istri mencari bantuan kepada mereka. Sang istri berharap mereka dapat memberikan penjelasan dan dukungan politik dan hukum terhadap kasus Asral. 

Selasa, 03 Oktober 2017

Membangun Motivasi Belajar

Saya ingin berbagi bagaimana kita mendapatkan dan mempertahankan motivasi belajar.
Bagi sebagian orang, motivasi belajar sangat susah untuk dibangun. Susahnya membentuk motivasi belajar dapat dikarenakan kurangnya dorongan dari orang tua, kurangnya dorongan dari orang sekitar, dan ketidakpedulian terhadap lingkungan serta tumbuh menjalarnya sifat malas dalam diri. Saat seseorang tidak memiliki motivasi belajar, maka semangat, keinginan, serta penasaran dengan apa yang dipelajari juga sangat sedikit, bahkan kecil.
Hal ini berdampak pada rendahnya capaian terhadap hasil belajar, sehingga apa yang diikuti menjadi sia-sia.
Ada dua cara menurut saya untuk menumbuhkan motivasi belajar seseorang (bisa juga untuk motivasi lainnya). Pertama adalah dengan membangkitkan motivasi secara langsung, dan yang kedua adalah dengan menjatuhkan dengan guna membangkitkan motivasi.
Bagi sebagian orang, cara yang pertama sangat efektif karena dengan memberikan masukan-masukan yang positif, puji-pujian,  tantangan-tantangan tertentu, dan cara lainnya yang membangkitkan motivasi itu secara langsung. Dengan cara begini, seseorang akan merasa dirinya semakin dibutuhkan di lingkungannya. Saat seseorang itu merasa dibutuhkan di lingkungannya, ia akan berubah dan hal itu menjadi motivasinya. Syarat untuk memunculkan motivasi cara ini adalah orang yang ingin dimotivasi harus pandai kontrol diri, jangan sampai terbuai dengan puji-pujian yang diberikan yang bahkan akan menyebabkan munculnya sikap merasa puas diri dan tidak mau berusaha lebih.
Sebagian orang lain akan lebih termotivasi saat dirinya dijatuhkan. Hinaan, merendahkan, bullying, “menjatuhkan harga diri” dapat menumbuhan motivasi belajar seseorang.. Tapi memunculkan motivasi ini memiliki syarat, yaitu orang yang ingin di beri motivasi tidak boleh “baperan” dan mudah tersinggung (kadang-kadang berguna juga untuk tipe-tipe orang tersebut dan bahkan lebih efektif).
Saya sendiri, kedua cara ini sangat efektif dalam memunculkan motivasi saya. Tapi, saya paling sering memunculkan motivasi dari orang yang menjatuhkan saya. Semkin banyak orang yang menjatuhkan saya, maka semakin kuatlah motivasi yang saya dapatkan. Motivasi dengan membangkitkan motivasi saya secara langsung membuat tekanan tersendiri dalam diri saya. Tapi untuk beberapa hal cocok jenis motivasi ini.

Terimakasih J