Cari Blog Ini

Kamis, 19 Oktober 2017

Sekelumit Kisah Kepedulian terhadap Sesama


Sabtu siang, sekitar jam 14.00, saya dan teman saya berencana ingin berwisata ke Pelabuhan Ulee Lee. Kami berinisiatif untuk tidak menggunakan sepeda motor, tetapi menggunakan Bus Transkutaraja. Salah satu teman saya juga belum pernah menaiki Bus Transkutaraja, sehingga waktu yang sangat cocok untuknya. Kami memakirkan sepeda motor kami di perpustakaan kampus yang dekat dengan halte bus.
Saat kami sampai di halte, kami langsung memasuki bus yang telah terparkir didepan halte tersebut. Terlihat kursi bagian belakang penumpang telah penuh terisi seorang bapak dengan keempat anaknya. Didepan kami, sepasang suami istri dengan keempat anaknya. Sedangkan di kursi penumpang lain, masih terlihat kosong. Kami menunggu sekitar 30 menit hingga bus mulai berjalan. Ditengah kami menunggu tersebut, anak terkecil dari bapak yang duduk di kursi belakang tersebut menangis yang memecahkan kesunyian. Sang bapak mencoba untuk menghibur sang anak, tetapi sang anak tetap menangis. Lalu sng bapak membawa jalan-jalan sang anak. Saat bus ingin berangkat, sang bapak masuk ke mobil dengan kondisi sang anak mulai reda tangisannya. Bus berjalan melewati kampus UIN Ar-Raniry. Sang anak menangis lagi. Tangisan anak tersebut memcahkan keheningan bus. Saya dan kedua teman saya hanya mencoba menghibur sang anak dari tempat duduk kami dengan memasang raut wajah yang aneh. Tetapi sang anak tetap menangis. Penumpang lain merasa tidak nyaman, dengan melihat kea rah si anak.
Sang anak menagis, bus telah sampai di halte Lingke. Naiklah sekelompok wanita yang berusia 20 tahunan. Sebelum duduk, ada satu orang wanita yang melihat ke arah anak yang menangis tadi. Dia mengambil inisiatif untuk ke kursi belakang dan membantu sang bapak untuk menenangkan sang anak. Berbagai upaya dilakukan , menggendong sang anak, menyanyikan lagu-lagu, membawa jalan sang anak ditemopuh. Untuk sesaat sang anak mulai tenang. Saat suasana mulai hening, sang anak menangis lagi. Kedua wanita itu pun telah kehabisan akal. Sang anak tetap menangis sepanjang perjalanan.
Melihat temannya kehabisan akal menenangkan si anak, datang satu wanita lagi untuk membantu temannya. Tanpa melihat kanan-kiri, dia langsung menuju kursi belakang. Di membujuk sang anak agar tidak menangis lagi. Tetapi sang anak tetap menangis. Mereka berdua mulai kehabisan akal dan bersama-sama untuk membuat sang anak tenang. Sang bapak pun ikut membantu, begitu juga kami dari tempat duduk kami. Teman wanita yang lainnya yang duduk di kursi depan, mulai melirik kebelakang untuk membantu juga. Mereka ingin ke belakang, namun kursi belakang mulai penuh sesak.
Sepanjang perjalanan sang anak menangis. Penumpang silih berganti menaiki bus. Ada yang terganggu dengan tangisan sang anak, anak yang ibgin membantu sang anak untuk berhenti menangis. Sesampai di halte Keudah, kami pun pisah bus dengan bapak tersebut.
Dari cerita tersebut, terlihat bahwa, masih ada di antara kita yang membantu tanpa pandang bulu. Mereka membantu bahkan saat melihat orang yang membutuhkan bantuan dalam sekejap mata. Mereka tergerak bahkan sebelum mereka sempat duduk di kursi mereka. Mereka merasa tak nyaman saat mereka tak membantu. Mereka adalah orang yang seharusnya menjadi inspirator kita dalam berbuat kebaikan kepada sesame, tanpa memandang siapa yang kita bantu. Tidak perlu jauh-jauh mencari inspiratory, lingkungan terdekat kita melahirkan banyak inspirator untuk kita ambil kelebihan yang baik-baik dan untuk kita pelajari.
Semoga kita dapat membantu sesame untuk kedepannya J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar