Sabtu siang, sekitar jam 14.00,
saya dan teman saya berencana ingin berwisata ke Pelabuhan Ulee Lee. Kami
berinisiatif untuk tidak menggunakan sepeda motor, tetapi menggunakan Bus
Transkutaraja. Salah satu teman saya juga belum pernah menaiki Bus Transkutaraja,
sehingga waktu yang sangat cocok untuknya. Kami memakirkan sepeda motor kami di
perpustakaan kampus yang dekat dengan halte bus.
Saat kami sampai di halte, kami
langsung memasuki bus yang telah terparkir didepan halte tersebut. Terlihat
kursi bagian belakang penumpang telah penuh terisi seorang bapak dengan keempat
anaknya. Didepan kami, sepasang suami istri dengan keempat anaknya. Sedangkan
di kursi penumpang lain, masih terlihat kosong. Kami menunggu sekitar 30 menit hingga
bus mulai berjalan. Ditengah kami menunggu tersebut, anak terkecil dari bapak
yang duduk di kursi belakang tersebut menangis yang memecahkan kesunyian. Sang
bapak mencoba untuk menghibur sang anak, tetapi sang anak tetap menangis. Lalu
sng bapak membawa jalan-jalan sang anak. Saat bus ingin berangkat, sang bapak
masuk ke mobil dengan kondisi sang anak mulai reda tangisannya. Bus berjalan
melewati kampus UIN Ar-Raniry. Sang anak menangis lagi. Tangisan anak tersebut
memcahkan keheningan bus. Saya dan kedua teman saya hanya mencoba menghibur
sang anak dari tempat duduk kami dengan memasang raut wajah yang aneh. Tetapi
sang anak tetap menangis. Penumpang lain merasa tidak nyaman, dengan melihat
kea rah si anak.
Sang anak menagis, bus telah
sampai di halte Lingke. Naiklah sekelompok wanita yang berusia 20 tahunan.
Sebelum duduk, ada satu orang wanita yang melihat ke arah anak yang menangis
tadi. Dia mengambil inisiatif untuk ke kursi belakang dan membantu sang bapak
untuk menenangkan sang anak. Berbagai upaya dilakukan , menggendong sang anak,
menyanyikan lagu-lagu, membawa jalan sang anak ditemopuh. Untuk sesaat sang
anak mulai tenang. Saat suasana mulai hening, sang anak menangis lagi. Kedua
wanita itu pun telah kehabisan akal. Sang anak tetap menangis sepanjang
perjalanan.
Melihat temannya kehabisan akal
menenangkan si anak, datang satu wanita lagi untuk membantu temannya. Tanpa
melihat kanan-kiri, dia langsung menuju kursi belakang. Di membujuk sang anak
agar tidak menangis lagi. Tetapi sang anak tetap menangis. Mereka berdua mulai kehabisan
akal dan bersama-sama untuk membuat sang anak tenang. Sang bapak pun ikut
membantu, begitu juga kami dari tempat duduk kami. Teman wanita yang lainnya
yang duduk di kursi depan, mulai melirik kebelakang untuk membantu juga. Mereka
ingin ke belakang, namun kursi belakang mulai penuh sesak.
Sepanjang perjalanan sang anak
menangis. Penumpang silih berganti menaiki bus. Ada yang terganggu dengan
tangisan sang anak, anak yang ibgin membantu sang anak untuk berhenti menangis.
Sesampai di halte Keudah, kami pun pisah bus dengan bapak tersebut.
Dari cerita tersebut, terlihat
bahwa, masih ada di antara kita yang membantu tanpa pandang bulu. Mereka
membantu bahkan saat melihat orang yang membutuhkan bantuan dalam sekejap mata.
Mereka tergerak bahkan sebelum mereka sempat duduk di kursi mereka. Mereka
merasa tak nyaman saat mereka tak membantu. Mereka adalah orang yang seharusnya
menjadi inspirator kita dalam berbuat kebaikan kepada sesame, tanpa memandang
siapa yang kita bantu. Tidak perlu jauh-jauh mencari inspiratory, lingkungan
terdekat kita melahirkan banyak inspirator untuk kita ambil kelebihan yang
baik-baik dan untuk kita pelajari.
Semoga kita dapat membantu sesame
untuk kedepannya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar