Cari Blog Ini

Kamis, 26 Oktober 2017

Asal Usul Samadua (Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan)

Pada zaman dahulu, ada seorang pria Minangkabau yang merantau ke utara Pulau Sumatera. Pria tersebut menyusuri lautan. Hari demi hari dilalui di lautan. Berbagai rintangan dilalui.  Berhenti di berbagai tempat.
Hingga sampailah ia di suatu daerah. Ia menepikan perahunya di sebuah pantai dengan ombak yang besar. Ia merasakan bahwa tempat yang ia labuhi merupakan suatu tempat yang sangat tempat  untuk ia rantaui.

Ia mendengar gemeruhan air yang sangat besar. Ia menyusuri pantai mencari suara gemuruhan tersebut, hingga sampailah ia di dekat air terjun yang lumayan tinggi. Ia memutuskan untuk membuka lahan di daerah sekitar air terjun tersebut. Ia mencari berbagai bahan-bahan untuk membuat pondok. Ia mengelilingi hutan, menaiki gunung dan menyusuri pandai untuk mengumpulkan kayu-kayu dan serat-serat yang bisa di pakai.
Menjelang siang, ia mulai kelelahan. ia berisitirahat pada sebuah batu besar di dekat air terjun. Ia berbaring di di batu tersebut. Tidak lama berbaring, ia tertidur di batu tersebut.

Di tengah terlelapnya tidur, ia tiba-tiba terbangun. Ia mendengar seorang pria memanggilnya. “So nan Kah?” (Siapa nama Kamu?) tanya si pria itu. Ia sontak beranjak dari batu itu dan bertanya kembali “Siapo Waang?” (Siapa nama Kamu?).  Mereka saling menanyakan identitas mereka berulang-ulang. Karena kesal, sang pria tersebut mengeluarkan parang. Karena melihat pria tersebut, ia pun mengambil parang yang berada di dekatnya. Mereka saling menghunuskan pedang.
Dari pat Kah?’ (Darimana Kamu?)” tanya-nya.   “Darimano Waang?” (Darimana Kamu?) jawab pria itu. Mereka saling melemparkan pertanyaan yang tidak kunjung mendapatkan hasil. Mereka pun akhirnya saling berduel. Mereka berduel dengan sangat sengit. Duel mereka seimbang satu sama lainnya. Hari pun menjelang malam.

Di tengah duel mereka, ada seorang wanita, berpakaian serba putih. Wanita itu pun mendekat ke arah pertarungan itu. Mereka yang sedang berduel sontak terkejut dengan kedatangan wanita tersebut. Mereka menghentikan pertarungan. Mereka juga memasang kuda-kuda, jika salah satu dari mereka berbuat curang dalam pertarungan. Sesampainya wanita itu kepada dua pria tersebut, wanita itu pun memandangi mereka. Wanita tersebut lalu memecahkan keheningan,
“Untuk apa kalian bertengkar?"
"Untuk apa kalian berdua saling menghunuskan parang kalian?"
"Apakah jika salah seorang kalian kalah dan terbunuh akan membuat kalian merasa senang?
 Apakah kalian tidak bisa akur terhadap sesama kalian? “
Mereka yang sebelumnya tidak mengerti satu sama lain, tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu. Mereka mulai merenungkan kata-kata wanita itu. Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya,
“Cobalah kalian lihat kearah kedua burung tersebut?” wanita itu sambal menunjuk ke arah sebuah pohon. Pohon tersebut terdapat dua ekor burung yang saling membantu dalam membuat sarang.

Mereka melihat ke arah pohon tersebut. Mereka melihat bagaimana kedua burung tersebut membantu dalam pembuatan sarang. Mereka lalu melepaskan parang mereka. Mereka saling memandang dengan apa yang mereka lihat. Mereka mengerti kenapa mereka saling menghunuskan parang. Mereka pun ingin berterimakasih kepada sang wanita terseut, tetapi sang wanita tersebut telah menghilang. Mereka terheran-heran, kemana wanita tersebut pergi.

Keesokan harinya, mereka mulai membangun pondok bersama. Mereka juga membangun ladang dan sawah secara bersama-sama. Hari demi hari mereka mengembangkan daerah tersebut, hingga daerah tersebut menjadi daerah pemukiman yang ramai didatangi orang dari luar.  Mereka pun menamakan daerah tersebut menjadi Samadua. Nama Samadua diambilo dari inspirasi mereka dari ketidak mengertian mereka terhadap Bahasa masing-masing, padahal mereka menanyakan hal yang sama, dan mereka terinspirasi dari kedua burung tersebut. Daerah air terjun tersebut diberi nama Air Dingin, tempat pemukiman awal mereka. Hingga kini, daerah Samadua umumnya menggunakan Bahasa Aneuk Jamee yang merupakan perpaduan dari Bahasa Aceh dan Bahasa Minangkabau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar