Baiklah, sekarang saya akan
membahas tentang bagaiamana penculikan oleh anggota TNI pada zaman reformasi
Malam itu, Asral yang merupakan
pegawai BRR Aceh, baru saja masuk rumah. Ia meminta handuk kepada anak
bungsunya karena seluruh tubuhnya basah terguyur hujan. Setelah 15 menit Asral
masuk rumah, ada sekelompok orang (yang sebelumnya tidak pernah terlihat di
kampung tersebut) ingin membeli rokok. Anak sulung Asral pun keluar dan
melayani pembeli tersebut. Lalu diperhatikan 2 orang dari kelompok tersebut
melihat isi rumah. Di dalam rumah terpajang foto Asral sewaktu ia masih menjadi
anggota TNI. Salah satu dari mereka bersuara, “Apakah ini rumah Bapak Asral?”
Si sulung pun menjawab “iya” dengan tidak menaruh kecurigaan sedikitpun pada
sekelompok orang tersebut. Lalu salah seorangnya lagi meminta untuk memanggil
Asral. Lalu sang anak pun memanggil Asral.
Tidak lama kemudian, Asral-pun
keluar dengan memakai sarung bersama sang istri. Tanpa bertanya lagi, 3 orang dari
sekelompok orang itu menarik Asral, dan 1 diantara 3 orang tersebut mem-borgol
tangan Asral. Sontak saja membuat si sulung melawan ingin melepaskan borgol
dari tangan sang ayah dengan banyak pertanyaan. Lalu sang istri juga ikut untuk
melepaskan borgol dari tangan Asral dimana Asral sendiri juga memberontak. Sang
istri berteriak untuk mendapatkan bantuan dari penduduk kampung. Si sulung dan
sang istri ber-duel kelompok orang
tersebut. Berbagai serangan fisik dilancarkan kepada si sulung. Hal ini
mengakibatkan wajah si sulung berdarah dan lembam. Si sulung masih berusaha
untuk melepaskan sang ayah dari pemborgolan.
Di lain sisi, sang istri mendapat
todongan senjata api. Tapi sang istri masih ber-duel dan tidak takut dengan
todongan senjata api tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar suara tembakan
yang sampai men-tulikan telinga. Suara tembakan yang menghadap ke langit karena
sang istri menghindar, dengan posisi senjata tepat di wajahnya dibunyikan.
Tidak lama kemudian, saat sang istri melihat waja si sulung berdarah, ia mulai
sedikit lengah. Salah satu anggota tersebut menendang perut sang istri hingga
tersungkur ke kawat berduri dengat rumah warga.
Penduduk yang datang hanya
melihat bagaimana ibu dan anak ber-duel dengan sekelompok orang yang beringas
tanpa memberikan bantuan sedikitpun. Mereka menahan si bungsu agar tidak ikut
campur dalam duel ibu dan kakaknya. Mereka tidak berani ikut campur karena takut
mereka mengalami hal sama seperti sang istri dan si sulung. Hal ini juga
disebabkan trauma konflik sebelumnya.
Melihat apa yang terjadi pada
istri dan anak, Asral yang mulanya memberontak, ia mulai memasrahkan dirinya
untuk dibawa. Di satu sisi ia tidak ingin kejadian 10 tahun lalu terjadi lagi,
di sisi lain ia tidak ingin sang istri dan sang anak terluka karenanya. Ia
berteriak kepada sang istri, “Sudahlah, jangan diteruskan. Biarkan aku yang
pergi. Jaga anak-anak”. Sang istri tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh
Asral, ia terus memberontak dengan menahan sakit. Asral yang telah menyerah
dengan keadaan, ia meringankan langkahnya menuju tempat yang dituntun orang
sekelompok orang tersebut. Terlihat sebuah mobil yang tertutup. Jumlahnya ada
sekitar 3-5 mobil. Kepala Asral lalu ditutupi dengan kain hitam yang sangat
gelap.
Saat mobil-mobil itu berjalan, perjuangan sang istri tidak
habis begitu saja. Sang istri lalu menghubungi kepolisian dan petinggi GAM di
pesisir Barat-Selatan Aceh. Ia tidak menghubungi TNI, karena setelah ia
mendapatkan keterangan dari si sulung, ia mengambil kesimpulan jika yang
menculik Asral adalah anggota TNI. Tapi, yang menjadi pertanyaan sang istri,
ada masalah apa dengan TNI? Bukankan Asral sudah dipecat sejak 2004 silam? Sang
istri lalu menghubungi anggota TNI yang pernah menjadi bawahan Asral. Meraka
tidak ada yang tau-menau tentang kasus penculikan ini.
Kepolisian lalu mencari mobil-mobil yang membawa Asral
dengan melakukan razia di sepanjang lintas Barat-Selatan, terutama perbatasan Aceh Selatan. Di daerah perbatasan
Aceh Selatan dengan Aceh Barat Daya, kepolisian daerah mendapati mobil yang
membawa Asral. Terjadi kejar-kejaran. Sayangnya, mobil yang membawa Asral
berhasil lolos.
Setelah mengetahui siapa dalang penculikan ini, dan beberapa
anggota TNI yang dihubungi sang istri tidak ada yang mengakui, maka sang istri
menghubungi pihak media cetak untuk mem-publish kejadian malam itu juga. Sang istri
langsung memojokkan pihak TNI untuk bertanggung jawab. Media cetak serambi
menjadi salah satu yang diapakai dalam menuntut kebertanggujawaban atas
penculikan. Tuduhan-tuduhan untuk memancing pihak TNI berbicara dilayang sang
istri di media cetak.
Akhirnya pihak TNI memberi respon, dan mereka mengakui telah
menangkap Asral. Mereka juga memberitahukan apa kesalahan Asral pasalnya
terjadi penangkapan (menurut mereka)
pada malam hari. Mereka juga memberitahukan lokasi Asral setelah 2 hari perang
media cetak dengan sang istri.
Setelah mengetahui lokasi Asral,
sang istri pun menghubungi mantan petinggi GAM,- Muzakir Manaf dan
lainnya,- dan gubernur Aceh saat
itu,-Irwandi Yusuf. Sang istri mencari bantuan kepada mereka. Sang istri
berharap mereka dapat memberikan penjelasan dan dukungan politik dan hukum
terhadap kasus Asral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar